PENDIDIKAN ANAK MUSLIM DALAM PSIKOLOGI ISLAM
1. PROLOG
Dalam Islam ada yang namanya pendidikan spritual, maka ilmu nafs dalam Islam merupakan bagian gejala spritual yang nampak dalam prilaku psikologis. Kaitannya dengan ini ada beberapa hal yang harus difahami untuk membangun psikolgi Islam.
Pertama: memahami 4 istilah penting, di Barat tidak mampu membedakan 4 hal ini, dari sini bisa ditangkap kesan kegagalan Barat dalam memberikan solusi psikologis.
1. Ruh, adalah sebutan umum untuk bagian dalam tubuh, lawannya jasad, esensinya hanya Allah yang mengetahui, secara khusus disebut sebagai sebuah perangkat ketotalan ma’rifat kepada Allah.
2. Nafs, adalah sifat dominasi dari kecendrungan-kecendrungan tubuh (jasad) atau ruh itu sendiri.
3. Aqal, sifat lain dari ruh yang berfunsi sebagai prangkat berpikir, memahami ilmu pengetahuan dan kehidupan.
4. Hati, sebuah pusat atau bagian terpenting dalam ruh untuk memberikan membangun dominasi baik di anngota tubuh dan sebagai singgasana iman serta perangkat komunikasi efektif kepada Pensipta.
Dalam beberapa ayat Alquran terkadang terjadi silang istilah, untuk memhaminya kita memerlukan peranan ilmu simantik. Ketahuilah bahwa Barat dalam membangun ilmu psikologi hanya berdasarkan nafs (itupun hanya sebatas kecendrungan jasad).
Kedua: Tujuan psikologi dalam Islam adalah:
1. Menyingkap ayat Allah swt dan hukum-Nya dalam diri manusia.
2. Mengenal pedoman hidup yang ideal yang sesuai dengan hukum ilahy (alam) untuk kebahagiaan hidup dunia dan akherat
3. Mengenal motif-motif penyimpangan dari kehidupan ideal dan lurus, yang berdampak kepada penderitaan, kegelisahan dan penyakit jiwa lainnya.
Adapun psikologi Barat dengan alasan ilmiah, rasional dan objektif hanya bertujuan untuk melakukan interpretasi prilaku manusia melalui upaya mendapatkan undang-undang ilmiah dalam memahami dan menerka sebuah prilaku, sebagai prolog dan standar dalam bidang praktik.
Ketiga: Faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia. Dalam Islam ada tiga factor penting yang kerap saling mendominasi dalam perkembangan manusia:
1. Keturunan (Lihat: Ali-Imran 23-24)
2. Lingkungan.
3. Metafisik (gaib).
a. Allah
b. Malaikat
c. Syetan
d. Nafsu
2. PERKEMBANGAN ANAK MUSLIM
Berpijak dari sabda Rasulullah saw: “Hak anak itu ada tiga: memilihkan ibunya, memberikan nama yang baik, dan mengajarkan baca Alquran”. Dan metoda Ali ra,: “Ajaklah bermain anakmu pada 7 tahun (pertama), didiklah pada 7 tahun (kedua), temanilah pada 7 tahun (ketiga), kemudian lepaslah kendalinya”.
Dari pelajaran di atas bahwa fase-fase perkembangan anak dapat kita bagi kepada:
1. Fase persiapan pasangan suami-isteri (masa memilih pasangan)
2. Fase 7 tahun pertama (Batuta =bayi tujuh tahun), fase ini terdiri dari:
2.1. masa menyusui 0 - 2
2.2. masa anak usia dini 2 – 6 (masa bermain)
Masa ini seutuhnya disebut masa bermain, karena perkembangan emosional dan intelektualnya sepenuhnya diekspresikan melalui bermain, namun jangan lupa bahwa alat permainan, cara bermain dan seluruh sarananya harus disesuaikan dengan penidikan dan moral Islam. Masa ini dipersiapkan agar ia mampu memasuki fase berikutnya, seperti persiapan membaca, menulis, menghafal dan melakukan ibadah, social dan lain-lain.
3. Fase Tujuh tahun kedua, masa ini terdiri dari:
3.1. masa anak-anak kedua 7 – 10
Di masa ini banyak kekeliruan orangtua dalam memandang tingkat kekanak-kanakannya. Dalam usia ini Islam sudah memulai memberlakukan penidikan moral, spritual dan emosionalnya secara lengkap. Proses pembiasaan terhadap hal-hal positif (ta’wid) sangat dianjurkan, seperti, ibadah (shalat, puasa dll.), etika (pemisahan tidur, mengenakan pakaian Muslim, minta izin masuk kamar oragtua dll.), social (memberi faqir misikin, dll.), dan olahraga ketangkasan (berenang, memanah, naik kuda, dll.). Juga pendidikan intelektualnya harus dilakukan secara intensif. Bermain pada masa ini hanya merupakan pelepas lelah atau istirahat dari keletihan belajar dan beraktifitas.
3.2. masa balig (pituitary) - 10 s/d 13 pr dan 12 s/d 14 lk-
Masa ini anak-anak diharapkan telah mengetahui baik-buruk serta akibat-akibatnya. Bahkan Islam membolehkan pemberian sangsi-sangsi dari perbuatan buruknya untuk memantapkan penidikan-penidikan sebelumnya, karena sangsi pada usia ini umpama pupuk bagi tanaman. Seluruh perkembangan dan kegiatan hidupnya adalah merupakan kongklusi dan kelanjutan dari masa-masa sebelumnya.
Pada fase 7 tahun kedua ini sebenarnya masa-masa sangat berat, karena kesalahan ta’wid dan tarbiyah di masa sebelumnya akan mendapat kesulitan besar untuk merubahnya, bahkan pengaruh keturunan dan lingkungan telah bekerja secara efektif membentuk kepribadiannya, akhirnya akan semakin menjadi problem besar untuk kegiatan pendidikan di fase 7 tahun berikutnya, fase di mana anak diperlakukan sebagai teman, dialog dan tegur sapa dilakukan sebagaimana halnya etika berteman.
4. Fase Tujuh tahun ketiga. Masa ini terdiri dari:
4.1. masa remaja pertama (early adolescence) – 13 s/d 17 pr dan 14 s/d 17 lk -
Fase ini adalah fase di mana anak diperlakukan sebagai teman, pada umumnya mereka tidak mau dibilang anak kecil walaupun belum matang, mereka pada saat ini duduk di sekolah menengah pertama dan atas.
4.2. masa remaja kedua = pemuda (Late adolescence) 17 s/ 21.
5. Fase melepaskan kendali, yaitu masa dewasa dan seterusnya, masa ini bermula dari usia 21 s/d 40 (pemuda) dan selanjutnya masa tua.
Catatan:
1. Pada usia 7 tahun pertama sepenuhnya tanggung jawab Ibu.
2. Pada 7 tahun kedua tugas ini dipikul oleh kedua Ibu dan bapak seutuhnya.
3. Pada 7 tahun ketiga seutuhnya tanggung jawab bapak.
4. Selanjutnya anak akan menjadi pemuda dewasa dan siap mengendalikan seluruh tanggung jawab hidupnya di dunia dan akherat.
3. PENDIDIKAN ANAK MUSLIM
3.1. MENGHAFAL, MEMBACA DAN MENULIS
Secara umum perkembangan anak dari segi pendidikan terbagi kepada dua fase:
a. Fase pra sekolah
b. Fase sekolah. (fase ini disesuaikan dengan tingkat rasionalisasi system pendidikan)
Banyak orangtua salah beranggapan bahwa mengajak menghafal, membaca dan menulis anak di usia pra sekolah (7 tahun pertama) akan mengganggu prangkat intelektual dan emosionalnya, padahal psikologi yang paling modern ditemukan bahwa usia 3 tahun adalah usia pertumbuhan kecerdasan anak yang luar biasa. Maka dari usia 4 tahun seharusnya segera diajak menghafal, seperti doa-doa, ayat-ayat dan Hadis pendek. Menginjak tahun ke 5 diajarkan membaca dan imlak (seperti metoda Iqra yang praktis dan mengimlak hafalan dan beberapa kosa kata). Selanjutnya dapat dipastikan pada awal usia 6 tahun anak telah mampu membaca dan menulis sekaligus memliki hafalan yang cukup. Baru kemudian diberlakukan metoda intensif menghafal Al-qur’an, seperti di bawah ini:
Jadwal Praktis Menghafal Alquran
TAHUN PERHARI PERTAHUN KETERANGAN
Tahun I 3-4 Baris 3 Juz (30-28) 1. Masa menghafal dalam setahun 9 bln, 3 bln lain untuk murajaah & hari2 absen
2. Syarat utama waktu menghafal perhari minimal 2 jam (kecuali di hari libur 3 jam)
3. Tugas ibu menghafalkan, tugas bapak menyimak (setor)
Tahun II 6 Baris 5 Juz (27-23)
Tahun III 8 Baris 7 Juz(22-16)
Tahun IV 8 Baris 7 Juz (15-09)
Tahun V 8 Baris 8 Juz (07-01)
Catatan:
1. Jadwal ini dimulai dari usia 6 tahun sampai 11 tahun.
2. Jadwal ini diberlakukan setelah dipastikan anak telah mampu membaca, menulis dan imlak.
3.2. PENDIDIKAN REMAJA DAN PEMUDA
Jika anak mulai meninggalkan 7 tahun kedua dan siap memasuki 7 tahun ketiga dan seterusnya, Islam memberikan rambu batasan dengan istilah balig atau taklif, di mana anak telah dinilai siap untuk menerima semua sapaan hukum dari Allah swt, sekaligus mempertanggungjawabkannya dihadapan-Nya kelak di hari akhir. Maka pada usia ini anak tidak lagi mau dibilang anak kecil walaupun belum matang. Maka pada saat ini tibalah peranan bapak secara utuh, di mana bapak berperan sebagai murabbi dalam memberikan qudwah serta bimbingan moral dan spritualnya. Berhasil dan gagalnya pada usia ini sangat bergantung kepada peranan bapak sebagai murabinya.
Lihat QS. Annisa, 6. dan Hadis Rasulullah saw: “Telah diangkat qalam (pencatat baik buruk) dari 3 hal: orang tidur sehingga terbangung, anak kecil sehingga ia dewasa, dan orang gila sehingga ia berakal. HR Ahmad & Abu Daud.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua khusunya bapak, kaitannya dengan pendidikan intelektual, social, spritual dan emosional seksualnya. Perkara ini sama sekali tidak mendapat perhatian dari psikologi Barat. Yaitu:
1. Tadabur ayat-ayat Alquran dan Hadis
2. Menghayati makna ukhuwah Islamiyah
3. Menghayati perjuangan ulama Islam salaf dan halaf serta Membaca perkembangan Islam kontemporer
4. Mempermudah jalan perkawinan
5. Penghayatan kehidupan moralis, seperti; hukum bergaul bebas dengan lawan jenis, urgensi Gadl el-Bashar dari rangsanagan seksual (pemisahan tempat tidur & etika izin memasuki kamar orangtua di usia 7 tahun kedua sangat membantu pendidikan saat ini).
6. Penghayatan secara inten akan pentingnya upaya Mujahadah (seperti, puasa, etika makan, tidur dan bergaul), rutinitas ibadah, dan hidup iffah serta qana’ah (kehidupan sederhana anak dan penuh dengan qanaah pada 7 tahun kedua sangat membantu penghayatan hidup saat ini) agar terhindar dari perbuatan maksiat dan memperkokoh keimanan.
7. Mengenalkan segala dampak dan penyakit moral, social dan lainnya dalam kehidupan bebas.
4. PESAN PENDIDIKAN ANAK (IMAM AL-GHAZALI)
Di bawah ini ringkasan dari pesan panjang Imam Al-Ghazali tentang pendidikan anak :
4.1. Anak adalah amanat dan pendidikannya menjadi tanggunga jawab kedua orangtua.
4.2. Wanita yang soleh sangat berpengaruh dalammembentuk anak-anak yang saleh
4.3. Pada usia remaja tanggung jawab pendidikan sangat bergantung kepada bapak
4.4. Anak-anak hendaklah diajrakan sejak dini etika makan, berpakaian dan disiplin waktu
4.5. Anak-anak diajarkan cinta kepada Allah, Rasul-Nya serta orang-orang saleh, cinta membaca Alquran, Hadis dan buku-buku bermanfaat lainnya.
4.6. Biasakan anak sejak dini hidup bersahaja, berolahraga
4.7. Tanamkan rasa tawadu dan hidup qanaah dan iffah (tidak tamak kepada milik orang lain)
4.8. Ajarkan etika belajar di majlis ilmu dan sekolah.
4.9. Melarangnya mencaci orang dan mengeluh (merasa rendah diri)
4.10. Biasakan bersikap tegas dan berani
4.11. Ajak berolah-raga yang bersifat rekreatif (setelah lelah belajar)
4.12. Ajarkan taat kepada orangtua, sopan kepada yang lebih tua
4.13. Anjurkan mendirikan shalat dan mengetahui batas-batas agama
4.14. Secara gradual diajak melatih diri bermujahadah dan membersihkan jiwa (hati) agar dapat ma’rifat dan muraqabah kepada Allah swt.
4.15. Ajarkan doa-doa pendidikan spritual seperti :
الله معي ... الله ناظر إلي .... الله شاهدي ...
Penulis : Afra Abidah Ismail MA
No comments:
Post a Comment